Minggu, 22 Januari 2012

Kemanakah kita melangkah?

Kadang kala kita menilai sesuatu dari dalam diri kita. Kebenaran diambil berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Sesuatu yang hadir dalam sejarah bukan dijadilan cermin bagi kita namun justru, kita jadikan landasan tidur.

Dalam kehidupan para kakek dan nenek kita, dengan segala akhlak yang baik dan budaya yang agung yang sering kita sebut adiluhung. Malah justru kita sebut dengan budaya kuno serta budaya primitif.

Kita tidak sadar kalau hal-hal baik justru yang kita tinggalkan. Coba kita telaah baik-baik. Ketika jaman kakek nenek kita. Saat mereka bertemu dengan lawan jenis, mereka akan malu dan justru menghindar. Apalagi harus mojok berdua. Mereka katakan itu sebagai pantangan atau pamali atau pasirri'. Akibatnya tidak ada sex diluar nikah diantara mereka. Meminimalisir kegiatan dosa.

Tapi sekarang, saat jaman sudah bergulir kearah modern. Tidak lagi ada malu diantara kita. Dengan dalih kegiatan sekolah, kegiatan kampus, kegiatan kantor, dan kegiatan-kegiatan yang lain, yang bisa aja kita buat. (atau dibuat-buat?).

Remaja dengan bebas bercengkerama antara pria dan wanita. Berboncengan walaupun tidak muhrim. cipika-cipiki dengan senyum yang menggoda. Saling berbalas pesan lewat SMS, MMS, Fesbuk, twitter, friendster, de el el. Yang sengaja atau tidak sudah membuat hati untuk saling jatuh cinta. lalu ketemuan, (atau orang bilang copy darat).

Akibatnya banyak pemberitaan di koran, majalah, saluran TV, sampai Radio. Seorang gadis tidak pulang karena bla bla bla....

Banyaknya pemberitaan yang telah terjadi bukannya menjadi cermin buat kita, justru membuat kita semakin penasaran untuk mencoba "pergaulan bebas".

Apa yang telah terjadi dengan bangsa ini? Apakah bangsa ini sudah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab, hingga berubah mejadi biadab? Tidakkah kita prihatin dengan anak-anak akibat pergaulan bebas yang akhirnya menjadi korban pembunuhan (baca: aborsi) oleh orang tuanya sendiri?

Sudah adilkah kita???